blog

blog

Minggu, 31 Oktober 2010

Kidung Megatruh Kagem Ki Surakso Hargo (Mbah Marijan).

Lir selo kencono sinangling dening gurindo
suminar mangambar ambar ing tepis wiring argo dahono
jejer siro mangadeg jejeg, tan polah ora obah dening gebyaring tatit
opo maneh hamung swarane sato kewan pating jlerit 

Dumadi jalmo prasojo kang pinilih dadi jogoboyoning giriloko
mangadep praptaning beboyo kanti wani pindo satrio pinandito   
roso kecing jroning kalbu pijer digeguyu
ora sudi tinggal glanggang colong playu

Senajan yuswo siro kadyo srengenge wayah sore
hananging tetep sregep lan prigel ing gawe
tan keno ginodo kedeping netro wewe ngawe-awe
abot utowo enteng disunggi ono pundake dewe

Jaragan wis dadi kersaning Sang Hiang Murbeng Dumadi
siro tinakdir praloyo dening geni pinuju sujud semedi
mugo-mugo keno kanggo pepeling wayah putu ing tembe mburi
kareben biso mangayu bagyo hayuning buwono asri
kanti sesanti: suro diro  joyoningrat lebur dening pangestuti

TITIK NOL.


Pengembaraan imajinerku telah sampai pada satu kawasan tanpa penghuni. Gelap pekat tanpa cahaya, hening bening tanpa suara. Inilah tempat segala sesuatu berawal, setelah pengembaraan eksis yang fluktuatif, segala sesuatupun berakhir disini pula. Tak terkecuali diriku, walaupun aku amat sangat tidak menghendakinya, namun sebagai unsur yang menjadi bagian dari kesempurnaan bernama Titik Nol, dimoment inilah aku memperoleh posisi stabil yang tak tergoyahkan. Sayang aku cuma bisa menggambarkan bayang-bayang baurnya saja. Selebihnya terserah imajinasimu.
Disini atau disitu, bahkan mungkin dimana-mana, bahwa kesadaran tidak mengetahui diri seperti: apakah aku laki-laki atau perempuan, apa masih hidup atau sudah tewas dengan sukses, didunia atau akhirat, disurga atau dineraka, merupakan inti dari esensi hidup yang mangejawantah kepermukaan dengan damai dan sentosa.
Dimana kamu berada? Tidak terlalu penting. Bagaimana keberadaanmu? Itu baru genting. Pusing? Nyabu dulu gan! Maksudku nyarap bubur dulu bro! Tapi sayang di cafe Titik Nol cuma tersedia hidangan berupa angka: 00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000

IMAJINASI.

Sang Maha Pencipta telah memberi modal secara adil dan merata pada semua ciptaanNya.  Secara fisika, materi dibekali gravitasi, sedangkan makluk hidup dimodali imajinasi. Sungguh sarana yang sempurna untuk interaksi yang menghasilkan multi kreasi. Berbahagialah anak Adam dan Hawa yang terpilih sebagai salah satu Maha Karya Tuhan Semesta Alam yang dianugerahi senjata sakti bernama imajinasi.

Dalam tatanan elemen hidup, perangkat imajinasi menempati peringkat teratas. Sehingga kapasitas imajinasi suatu makhluk berbanding lurus dengan tingkat kemuliaanya. Sebagai pemegang supremasi imajinasi, siapapun anda, dimanapun berada, kapan saja, anda diizinkan menggunakan fasilitas tersebut sebebas-bebasnya. Begitu anda menyadarinya, segera beraksilah dengan senjata pamungkas anda, maka dengan serta merta anda menjadi paham apa arti hidup yang sebenarnya, bukankah itu yang anda cari-cari selama ini? Imajinasi ibarat sayap emas Jibril, bila dilipat menjadi kasat mata, bila dibentangkan memenuhi langit alam semesta. Mestikah nikmat semacam ini didustakan? Rasanya benar apa yang dikatakan Profesor Albert Einstein: Imajinasi lebih penting dari pada ilmu pengetahuan.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Badut.

Gerah memakai kostum badut bermimik ceria, di satu pagi yang sarat bencana kubuang barang haram jadah itu ketepi hutan yang sedang dilanda kebakaran hebat. Terlalap api yang berkobar musnah sudah citra gelak tawa dan kelakar. Langkahku tidak lagi terikat pada lenggak lenggok yang dibuat- buat, demi menyenangkan hati bocah cilik, atau bisa sebaliknya, membuat mereka lari terbirit-birit dengan keringat dingin bercucuran. Kegemaranku menggerutu, mengumpat, mencaci maki, berkeluh kesah bersumpah serapah dari balik topengku dengan sendirinya gugur satu demi satu karena kehilangan relevansi. Wajahku masih sepucat kapur sirih, dengan ekspresi  Budha berkulum senyum  menebarkan kesan misterius  ketentraman taman bunga semerbak harum. Didepan cermin diam diam aku mengagumi pesona wajah asliku. Kedua jempolku terangkat keatas menempel di kedua belah pipiku yang dihiasi bercak bekas jerawat."Kamu orang hebat!"

Sah sah saja sesekali memuji diri sendiri setelah sekian lama terjebak pada trikotomi disenangi, ditakuti dan dibenci. Rupa-rupanya puja puji itu mantra purba yang memiliki efek adiktif dramatis seperti narkoba. Membuat ketagihan hampir semua organ anggota badan. Hidung jadi kembang kempis, mata terbelalak, tangan bertepuk sorak,dada terbusung, angan melayang, daun telinga menjadi caplang, rambut berdiri  seperti landak, dengkul gemeretak, leher lunglai, hati berbunga-bunga, jantung berdebar-debar lalu lupa ingatan dan pingsan. Bahkan dubur sembelitpun bisa menjadi gembur.

Sebelum mabuk terbuai asap setanggi puja puji terhadap diri sendiri,  perlahan namun pasti, berlandaskan falsafah Jawa jadul, "Alon-alon waton klakon", aku mulai mencoba bangkit setelah sekian lama terpuruk dalam jagad perbadutan yang sarat trik dan intrik. Setahap demi setahap menapaki kelembaban bumi dengan kaki telanjang. Memandang kemuliaan hidup dengan kesederhanaan, bergaul dengan kebahagiaan secara wajar. Kebersahajaan dijaga sedemikian rupa agar hubungan dengan alam sekitar bergulir seimbang. Betapa damai harmoni yang diberkahi kasih dan untaian doa yang dikabulkan Sang Khalik. Rupa-rupanya seberapapun diri merasa hebat, dia masih tetap butuh bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus di lorong sesat. Walaupun sepintas terasa tidak nyaman, telinga hawa nafsu harus sering mendapat jeweran, mulutnya yang nyinyir dan usil harus lebih sering minum jamu pahitan, hatinya yang sarat dengki dan iri harus sering mendapat siraman air mawar agar tidak berubah sekeras tembikar.

Ketika kabar banjir yang tersebar keseluruh pelosok dunia mulai surut, disuatu senja diakhir bulan Oktober 2010 yang unik karena memiliki lima hari Jumat, lima hari Sabtu, lima hari Minggu, dan ini merupakan siklus 873 tahun sekali, aku sejenak bersimpuh di atas jembatan runtuh, dimana disalah satu pilarnya tersangkut topeng badutku yang legam menghangus, dibibirnya masih saja tersirat senyum yang melecehkan, seakan akan berkata: "Kau tidak akan pernah bisa melupakan aku sayang."
 



 




.

Segantang air dan segenggam debu buat Marzuki Alie

marzuki-alieDemi gelombang pasang yang meluluh lantakkan pantai Mentawai permai, demi abu membara yang meluncur dari puncak Merapi, sungguh mati semua celoteh Tuan Besar yang sarat dengan penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan telah mengharubirukan khalayak sedemikian parah, sehingga batang pisang bila diletakkan didada mereka, dalam sekejap bakal membara. Ada amarah yang terpendam bak api dalam sekam. Ada kebencian yang bertubi tubi menikam. Kami, dalam kebersamaan sebagai anak bangsa merasa teramat resah lantaran tengah terhimpit suasana duka mencekam, kenapa Tuan justru mengumbar hujah mubah yang menyayat luka jiwa? Kendati sulit buat dipahami, katakanlah Tuan terjebak congkak dan lalai akibat bermegah-megah di gerbang matahari, lantas kemana sirnanya embun pagi nurani?

Demi jerit tangis anak yatim piatu yang tidak jelas masa depannya. demi isak pilu orang tua yang terenggut buah hatinya, demi muda mudi yang kehilangan belahan jiwanya, demi siput pertapa yang kehilangan cangkangnya, bahkan demi semua arwah yang telah lebur dengan laut, pasir pesisir dan mega-mega, tidakkah, walau cuma sekeping, tidak adakah duka derita sanak kadang kita yang tersangkut disudut kalbu Tuan? Jika memang sebegitu rupa adanya, maka komitmen Tuan sebagai wali anak negeri patut dipertanyakan. Kedudukan Tuan sebagai Ketua perlu dievaluasi.

Demi segenap warga negara yang tengah berjuang hidup mati dan medan sulit yang dilaluinya, karena tidak ada waktu senggang untuk berbasa-basi, tanpa harus meminta Tuan menjilat ludah sendiri, tanpa harus menunggu rombongan Tuan-Tuan Terhormat bertolak pinggang dihadapan kami, masih ada jalan keselamatan yang bisa ditempuh. Rasa setia kawan kami tetap utuh. Keyakinan kami telah lama diuji dan hingga detik ini masih kukuh. Kami tengah menyusun konfigurasi dalam gelombang aksi. Kami sudah muak dengan janji-janji. Kami tidak doyan segmentasi pemikiran dan tetek bengek teori. Kami adalah aksi itu sendiri. Bahkan kami adalah tsunami. Tidak usah bertanya kemana Tuan hendak mengungsi, sebab seperti apa yang Tuan katakan: hidup itu penuh resiko. Tak usah heran bila tinggal di Senayan sewaktu-waktu bisa lengser didemo!

Ego menghancurhan Relasi


Ini pagi yang lain .... Saya harus pergi ke kantor.

 
APA???? Ini aku! Saya berteriak melihat foto saya di koran. Tapi apa dan mengapa tampangku terpampang dikolom iklan ucapan duka cita?

 
Aneh.

 
Satu detik ... Biarkan aku berpikir, tadi malam ketika aku pergi tidur dengan rasa sakit parah di dada, tetapi aku tidak ingat apa-apa setelah itu, aku pikir aku sudah tidur nyenyak.

 
Sekarang pagi hari, oh ... Ini sudah jam 10:00, mana kopiku? Aku akan terlambat untuk kantor dan atasanku akan mendapatkan kesempatan untuk berteriak padaku.

 
Dimana semua orang? Aku menjerit.

 
"Saya kira ada kerumunan di luar kamarku, biarkan aku periksa." Aku berkata pada diriku sendiri.

 
Begitu banyak orang ... Tidak semua dari mereka sedang menangis. Tapi mengapa beberapa dari mereka menangis?

 
APA INI? Aku berbaring di sana di tempat tidur di ruang tamu!!

 
"AKU SINI" aku berteriak.! Tidak ada yang mendengarkan. "AKU TIDAK MATI". Aku menjerit sekali lagi! Tidak ada yang tertarik padaku, semua acuh tak acuh..Mereka semua menatapku dari sekeliling tempat  tidur dimana aku berbaring diatasnya..

 
Aku kembali ke kamar tidurku.

 
"Apakah aku mati??" Aku bertanya pada diriku sendiri.

 
Di mana istriku, anak-anakku, ibuku-ayah, teman-temanku semua?

 
Aku temukan mereka di kamar sebelah, semuanya sedang menangis. Sesekali mereka berusaha saling menghibur satu sama lain.

 
Istriku menangis tersedu-sedu sambil memeluk si kecil May, Dia benar-benar sangat sedih, dan  anak kecil dipangkuannya itu tidak yakin apa yang terjadi, tapi ia menangis hanya  karena ibunya sedih.

 
Bagaimana aku bisa pergi tanpa memberitahu anakku bahwa aku benar-benar mencintainya, aku benar-benar peduli padanya ....?? Bagaimana aku bisa pergi tanpa memberitahu istriku bahwa dia benar-benar wanita yang paling cantik dan istri yang paling peduli di dunia ini. ??. Bagaimana aku bisa pergi tanpa memberitahu orang tuaku bahwa aku berada didunia ini hanya karena pengorbanan dan kasih sayang  mereka? Bagaimana aku bisa pergi tanpa memberitahu teman-temanku yang tanpa mereka, mungkin aku akan gagal dan kecewa karena kesalahan dalam hidup, tetapi mereka tetap setia disaat-saat aku membutuhkan mereka? Tidak salah bila aku mengucapkan terima kasih bagi setia kawan mereka? Dan  permohonan maaf karena tidak berada di sana ketika mereka benar-benar membutuhkan aku.

 
Aku bisa melihat orang yang berdiri di sudut dan mencoba menyembunyikan air matanya. Oh, dia pernah menjadi sahabatku, tapi pernah terjadi kesalahpahaman kecil yang membuat hubungan kami retak, oleh karena kami berdua tetap mempertahankan ego menguasai diri masing-masing.

 
Aku pergi ke sana .. Dan menawarkan jabat  tanganku, "Sobatku, aku hanya ingin memohon maaf untuk semuanya, bagaimanapun juga kita  masih teman baik, ampunilah aku."

 
Belum ada tanggapan darinya, kenapa sih? Dia masih tetap melestarikan egonya. Maaf saya mengatakan, bahkan saat itu aku benar-benar tidak peduli orang-orang seperti dia.

 
Tapi satu detik .. Tampaknya ia tidak dapat melihat aku!! Dia tidak melihat kebaikan besar uluran jabat tanganku, APA AKU BENAR-BENAR MATI?

 
Aku hanya duduk di sebelah DIRI SENDIRI, rasanya ingin menangis. Tapi tidak ada airmata berlinang.

 
"OH TUHAN!! BERI AKU WAKTU BEBERAPA HARI LAGI." Aku hanya ingin memberitahu istriku, orang tuaku, anakku dan teman-temanku betapa aku mencintai mereka.

 
Istriku masuk ke kamar, dia terlihat anggun "kamu cantik"  gumamku,.dia tidak mendengar kata-kataku, sebenarnya dia tidak pernah mendengar kata-kataku, karena aku tidak pernah memberitahunya.

 
"TUHAN !!!!" Aku menjerit. Berilah sedikit waktu lebih.. Aku menangis.

 
Satu kali saja kesempatan untuk memeluk anakku, untuk membuat ibuku tersenyum .. sekali saja, untuk membuat ayahku merasa bangga setidaknya  barang sejenak ..., untuk mengatakan maaf kepada teman-temanku untuk semua yang tidak sempat aku beritahukan dan aku lakukan untuk mereka selama masih berada di sana untukku.

 
Lalu aku melihat ke atas dan menangis!!
.

 
Aku teriak ..

 
"TUHAN!! SATU KESEMPATAN LEBIH PLEASE !!!!"

 
"Kau menggigau ayah," kata istriku sambil mengoncangkan tubuhku dengan lembut. " Mimpi buruk ya?
 
Aku sedang tidur ..??!!! Oh ini hanya mimpi ..??!!

 
Istriku  ada disampingku Dia bisa mendengar pekikanku.Inilah saat paling bahagia dalam hidupku!! Aku memeluknya dan berbisik .. "KAU ADALAH PERWUJUDAN CINTA PALING INDAH DI ALAM SEMESTA INI, I LOVE YOU!"Aku tidak bisa memahami bahwa meskipun tersirat senyum di bibirnya nan ranum ia sempat meneteskan air matanya. Aku hanya bisa berharap itu bukan ungkapan kepedihan, melainkan airmata kebahagiaan.

 
"TERIMA KASIH TUHAN UNTUK KESEMPATAN LAIN  YANG KAU ANUGERAHKAN PADAKU, MAHA BESAR ASMAMU."



 
Ini tidak terlambat .. Lupakan ego Anda, melupakan semua yang telah terjadi ....., dan hanya mengungkapkan cinta Anda kepada orang lain .... Jadilah ramah ..... Tetap tersenyum dan bahagia untuk selama-lamanya.(Diedit dari catatan Zafar Shahjahan: Ego destroys relation, 30/10/10.

Kamis, 28 Oktober 2010

Arus.

Seperti air sungai, kehidupan mengalir dan tak pernah kembali. Simpanlah keluh kesahmu. Awan putih hablur tanpa meninggalkan jejak, sia sia saja berlari mengejarnya. Seorang gembala tahu kapan harus beristirahat dan dimana melepaskan penatnya. Diantara daun daun kuning yang gugur, gemercik air perigi, dan derai nyiur melambai.

No Problem.

Kita bisa menanggapi sesuatu yang tidak sempurna atau ketidak sempurnaan dengan tidak harus memposisikannya sebagai suatu masalah. Dengan kata lain, pikiran kita adalah pikiran yang merangkul.

Jejaring.

Semua hal saling berkaitan dan saling bergantungan. Tidak ada sesuatu yang eksis dalam isolasi. Alam semesta adalah satu ekosistem, mirip sarang laba- laba, jika satu titik tersentuh, seluruh jala bergetar. Sebagai akibat dari saling keterkaitan dan saling kebergantungan, setiap ekspresi energi, termasuk pikiran- pikiran dan niat-niat, ujung- ujungnya menyentuh dan mempengaruhi segala sesuatu.

Sumpah Pemuda.



Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan sampai dewasa di bumi tercinta Nusantara, rasa cinta kasih yang berurat berakar dalam diriku terhadap tanah pusaka Indonesia sudah menjelma menjadi keniscayaan yang solid dan super massif. Ibaratnya tak lekang dipanggang panas, tak lapuk diguyur hujan, tak renta dimakan usia. Didadaku tumbuh ngrembuyung pohon kasih sayang yang adiluhung, akarnya menghunjam dalam sampai ke palung samudra di laut Banda, batangnya menjulang tinggi melebihi puncak Jayawijaya. Dahannya merangkul Bukit Barisan, Bukit menoreh, Lembah Surya Kencana, Tirta Kencana, hingga Wamena.
Selayaknya pohon-pohon yang tumbuh dihutan belantara, pohon cintaku tumbuh subur bersama aneka ragam pohon cinta yang berjumlah ratusan juta. Kebersamaan dalam kebinekaan telah mengikat satu sama lain menjalin jaringan yang kuat, liat dan erat. Terbukti semenjak kejayaan Majapahit dan Sriwijaya lalu diuji dengan zaman penjajahan Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang yang sarat kezaliman dan kegelapan, belantara cinta tanah air putra bangsa maharani khatulistiwa ini tidak pernah meranggas. Seribu dipangkas, sejuta bertunas. Sekuntum dipetik selaksa mekar, patah tumbuh hilang berganti, esa hilang dua terbilang.
Berbekal persatuan dan kesatuan yang sudah mendarah daging dan telah teruji oleh naik turun leliku perjalanan panjang sejarah, kiranya tidaklah patut bila pemuda Indonesia banyak berkeluh kesah, mudah surut langkah dan gampang jadi pecundang. Kemenangan yang diperoleh saat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah ditahun 1945 menjadi bukti otentik bahwa Pemuda Indonesia sanggup berdiri tegak digarda depan perjuangan bangsa. Api semangat Sumpah Pemuda terus berkobar menghadapi berbagai tantangan seperti yang terjadi ditahun 1966 dan 1997, saat perjalanan bangsa jatuh ketitik nadir. Pemuda seolah ditakdirkan menjadi pemandu bagi bahtera negara yang melenceng kehilangan arah.
Hari ini, 28 Oktober 2010, untuk yang kesekian kalinya, Pemuda dituntut tampil kedepan guna menyelamatkan bangsa dari krisis multi dimensi berlarut-larut yang sangat melemahkan sendi2 persatuan dan kesatuan bangsa. Hai Putra Maharani Khatulistiwa, dimana tinjumu! Tugasmu sekarang adalah menggenapi sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 untuk kembali meraih kejayaan sebagai bangsa yang berdaulat, bermartabat dan terhormat dalam kancah pergaulan antarbangsa. Karena kamu kuat, karena kamu smart, karena kamu ulet dan liat, maka kamu pasti bisa! Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, maju terus pantang mundur.
Sebagai rujukan menuju kancah perjuangan yang nyata, izinkan aku memajang potret generasi muda masa kini yang notabene bakal menjadi anggota laskar Pemuda Harapan Bangsa di beranda markas besarmu. Simak stylenya yang jauh berbeda dengan Pemuda Angkatan 45 dan Angkatan 66. Serdadu mudamu dandanannya mencontek habis kaum selebritis. Dari ujung kaki sampai ubun2 dijejali asesori modis para punkis dan hippies. Main stream mereka adalah fashion dan tidak peduli pada science. Sikap telatennya semakin latent teruruk hasrat serba instan. Mimpi menjadi selibriti lebih diminati daripada mengayunkan cangkul menanam jagung dan padi. Terkesan berantakan seperti sapu lepas ikatan, keleleran seperti pohon kacang kehilangan lanjaran. Gemar tawuran, minum tuak dan naik motor berarak-arak ketimbang meniup seruling menggiring ternak. Sementara laju roda globalisasi semakin kencang, menggilas siapa saja yang lengah tanpa ampun, meratakan dengan tanah para petinggi republik mimpi.
Meskipun demikian, selalu terbuka jalan baru bagi para pemilik kemauan yang menggebu-gebu. Lantaran kemauan keras pemuda sudah diikrarkan, tiba saatnya menyingsingkan lengan baju melanjutkan perjuangan. Selamat berjuang rajawali muda. Kepakkan sayapmu taklukan dunia. Viva Pemuda Indonesia, Jalesu Bumyamka Jaya Mahe!

Rabu, 27 Oktober 2010

Curhat Si Anak Malaikat.


Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yangg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Organization ( ECO ).
ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak” lain mengenai masalah lingkungan. Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.
Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)
Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.
Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk  berbicara bagi semua generasi yg akan datang.
Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.
Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.
Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena
berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.
Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.
Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.
Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?
Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!
Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.
Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI  MERUSAKNYA!
Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.
Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.
Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.
Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.
Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi  dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.
Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.
Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: ” Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang ” .
Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?
Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .
Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.
Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak.
Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?
Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali.
Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, ” Semuanya akan baik-baik saja , ‘kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.”
Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang  karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.
Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Selasa, 26 Oktober 2010

Rumah Jiwa.

Perjalanan jiwa yang tertatih-tatih bukan lantaran bias warna antara hitam dan putih 
melainkan letih oleh kecamuk fikir sarat buih saling silang tumpang tindih
akhirnya memilih padang lapang jembar bawera, luas merata sejauh mata memandang 
langit malamnya biru haru bermandikan gemerlap cahaya bintang gemintang
adalah titian hati dunia mimpi yang sunyi senyap lagi sepi dan lengang
semua yang  serba kusut dengan sendirinya terurai
segala yang carut-marut sirna luluh lunglai

Medan laga bukan lagi tebing terjal hutan belantara
bahkan lebih lembut ketimbang gelayut mega-mega dilangit senja
tidak lagi berbeda antara menyelam, melayang, mengapung
dalam buaian selendang sutera ungu lembayung  
adalah rumah jiwa yang tidak berada diantara bumi dan langit
tanpa bulan sabit dan matahari terbit
bebas dari rambu-rambu tanpa batu neraca
sebab semuanya telah berubah kembali pada wujud aslinya

Kambing Gurun.

Terhempas deru badai debu seekor kambing gurun kelaparan tersesat ke lembah penuh duri
dengan luka babak bunyak sekujur tubuh, dia  bersikukuh melawan ancaman burung bangkai
seakan jiwanya rangkap empat, begitu gesit lompat kian kemari menghindar dari terkaman
sesekali mengembik keras mengusir rasa sakit tiada tara lantas membalas serangan dengan serudukan    
dengan gagah perkasa dia mampu berkelahi bagaikan singa muda yang beringas
walau luka semakin parah dan darah mengucur deras

Siapa nyana seekor kambing gurun yang hidup dari pucuk-pucuk semak berduri dan tetes embun
sanggup berjuang melawan penjarah dengan sikap teramat anggun
pantang menyerah siap menghadapi maut tanpa rasa kecut
jiwa raganya adalah jejaring harga diri yang kekar terajut
menepis cakar penindasan tanpa basa-basi
menolak taring perampokan tanpa kompromi
hidup atau mati
dia telah sah menjadi dirinya sendiri
dan kristal permata
pantas menghiasi kedua ujung tanduknya.

Senin, 25 Oktober 2010

Biru Asmaraku.

Gelembung busa biru asmaraku mekar memenuhi semesta raya   
tak tercegah tak terjamah ber gugus-gugus melesat memenuhi panggilan jiwa
berburu kisah kasih nan saga ke balik kaki langit jingga
dimana laut dan langit bersekutu di ranjang penuh bara
dan mayang-mayang pelangi tersusun bertandan-tandan layaknya buah kurma

Gemuruhnya benih yang tertebar seiring gelegar halilintar
menggugah para pemimpi untuk menyingsingkan cadar bawah sadar
bahwa mata pedang prahara sedang sibuk mengupas luka memar
selagi malam pengantin masih lembab oleh harum kuntum-kuntum mawar
sebelum kalbu terlanjur hambar, semasih pesta makin hingar bingar

Kapan birahi barihu buri biru  asmaraku menjelma simfoni bulan madu                                                             dinyanyikan burung-burung, diterbangkan angin menyusuri lembah dan sungai berliku-liku                                luruh sebagai rinai gerimis membasuh bebatuan berlumut berselimut kabut                                                       maka duka serba derita bagi semua yang melata kiranya larut hanyut                                                                                                                                                                                                                                   Kesentosaan puguh teguh kukuh kasihku tak bukan hanyalah kegembiraan semesta                                       diberkahi musim yang abadi silih berganti dan pergolakan cuaca penyegar suasana                                          bagi semua nurani nan lemah lembut, sukma legawa dan jiwa arif bijaksana                                                     kiranya pupuslah dendam kesumat, sirnalah iri dengki dan ambek angkara murka                                                                                                                   

Minggu, 24 Oktober 2010

Hidup.

Seandainya saja kelima panca indra ini sanggup secara simultan untuk memahami karakteristik dari eksitensi jiwa, belum tentu teka-teki dari misteri kehidupan dengan mudah dapat dijawab. Dorongan untuk memahami hidup muncul berurutan dengan kesadaran akan keberadaan jiwa dalam diri kita. Secara beruntun muncul pertanyaan: Siapa Aku? Dari mana asal usulku? Siapa yang membuat ini semua? Kapan mulainya dan kapan berakhirnya? Alasan apa yang melatar belakangi? Dan seterusnya dan selanjutnya dan lain sebagainya......

Setiap satu pertanyaan belum selesai dijawab, pertanyaan berikutnya sudah siap menanti. Kalau bisa disederhanakan seperti mengisi teka teki silang. Bagi pribadi yang pragmatis dan praktis, mengikuti kecenderungan semacam itu dianggap sebagai perbuatan sia-sia, buang-buang waktu bahkan konyol. Tidak ada korelasi dan relevansinya dengan gerak evolusi maupun revolusi bumi dan benda-benda langit lainnya. Jadi apa gunanya?

Ada gunanya atau tidak, usaha untuk memperoleh jawaban terus berkembang seiring berlalunya waktu. Pandangan metafisika tentang penciptaan langit, bumi dan makluk hidup menjadi legenda yang tersebar di berbagai ragam suku bangsa yang mendiami bumi. Dimahkotai dengan lahirnya ilmu falsafah di Yunani dan lahirnya agama-agama besar di Timur Tengah serta India, sampai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dewasa ini, menunjukkan bahwa hasrat manusia untuk memperoleh pencerahan agar mengetahui lebih jelas tentang makna kehidupan masih tetap berkobar dan akan tetap berkobar sepanjang masa. Sepertinya, pertanyaan itu menjadi motor penggerak yang efektif bagi tercapainya tingkat kemuliaan manusia sebagaimana telah terwujud sekarang, dengan trend yang terus meningkat.

Jadi, kunci rahasia dari roda kehidupan bukan dalam bentuk hasil akhir yang prima, tapi justru dari kinerja rasa penasaran yang dirangsang secara berkesinambungan oleh pertanyaan. Ya, sederhana saja. Tanda tanya(?) Namun perlu diingat bahwa setelah terbuka kuncinya, anda perlu pasword untuk membuka brandkasnya. Dan langkah itu masih jauh dari selesai. Kalau terjadi masalah dengan pasword, misalnya anda lupa, bakalan berabe kan? Memangnya hidup ini enak? Kalau memang enak, memangnya bisa enak-enakan terus? Terus lah membuat pertanyaan sampai dengan menemukan jawaban yang diakhiri dengan tanda seru! Sayang pangkatku mentok di sersan karena pola kerjaku yang serius tapi santai, persis si pemalas yang cepat merasa puas dengan sekeping jawaban yang benar di kolom teka teki yang terpampang dihalaman belakang koran yang sunyi dari berita heboh.....

Sabtu, 23 Oktober 2010

Mengukur Kedalaman Palung Cinta

apakah bisa kuduga kedalaman hati seorang bidadari
kalau hanya dengan sekedar mencium pipi?
tidakkah bujuk rayu lelaki bermata sayu
cuma dianggap angin lalu?
lantas apa kias bagi pelangi di sudut kerling matanya?
barangkali tidak lebih dari bias fatamorgana
apakah bisa kukira kemana arah panah asmara
dengan menebak jalan cerita sutradara?
sedang panggung sandiwara seluas tujuh samodra
dan sosok bayangnya hanya muncul di rona lembayung sutera
tidakkah aroma harum diruang-ruang pesta telah bersaksi
bahwa dalam kisah kasih abadi bidadari adalah maharani
titahnya dijunjung tinggi, sabdanya mengundang puja-puji
lelaki, yang oleh nafsunya sendiri dadanya hangus terpanggang
hanya bisa tertunduk dan lunglai melenggang
bagai biduk bocor yang oleng dihempas gelombang
lalu jatuh terlentang dengan tangan menggenggam sekuntum kembang
dan menatap hampa ke langit yang dihiasi bintang gemintang
masihkah bisik-bisik nalurinya terpaut di reranting cemara
mengaku dirinya maharaja dunia cinta?

Pelangi


Dikedalaman lubuk tak berdasar saudara kembarmu menunggu dengan sabar agar kau segera sadar. Dia begitu peduli, sementara kau sering kali mengabaikan. Dia sangat mengasihi tetapi kau selalu menistakan……
Tentu saja mentari acuh tak acuh saat kau mengeluh. Sebab sinar kasihnya yang tanpa pamrih kau terlantarkan untuk tujuan sia-sia: bersembunyi di kegelapan, asyik menguliti diri sendiri,sambil bermimpi menjadi penguasa galaksi.
Dan rembulanpun bersedia menjadi saksi hanya untuk keagungan cintamu, lantaran tidak bisa lagi menangis walau perjalanan sarat dengan duka nestapa. Dengan senyuman lembut, diufuk barat dia menantimu terjaga dari mimpi dini hari. Ada sekerat kenangan manis hendak disuntingkan diserambi kalbumu, teriring salam rindu.
Nun jauh disana, bintang gemintang sibuk memancarkan kabar dari surga loka. Karena kesetiaanmu sulit diukur, dan pengorbananmu susah ditakar, kini semburat cahayanya berpendar dibola matamu, menerangi muramnya nasib pesakitan yang kau tatap dengan belas kasih, menjadi tolak bala bagi fitnah laknat jiwa durjana.
Maka, bumi yang kamu kasihi sepenuh jiwa raga, menjadi murka karena langkah serong anak durhaka, Tengoklah, airmatanya berlinang-linang lantaran perilaku petualang yang sewenang-wenang. Bila dukanya tak kunjung reda, masihkah ada tempat berlindung selagi bingung?

Masalah.



Masalah, atau bahkan banyak sekali masalah kita timbul karena kita selalu merasa bahwa kita terputus atau terisolir dari sesuatu yang kita butuhkan. Kita tidak merasa utuh dan oleh karena itu kita dengan penuh harapan berpaling kepada orang lain untuk sifat-sifat atau situasi dan kondisi yang kita bayangkan tidak ada dalam diri kita. Semua masalah dunia ini, mulai dari kegelisahan seeorang, keresahan kelompok, keributan antar golongan, pertikaian antar suku sampai dengan ke peperangan antar bangsa, bisa dilacak ulang kedalam perasaan tidak utuh tersebut.