blog

blog

Kamis, 28 Oktober 2010

Sumpah Pemuda.



Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan sampai dewasa di bumi tercinta Nusantara, rasa cinta kasih yang berurat berakar dalam diriku terhadap tanah pusaka Indonesia sudah menjelma menjadi keniscayaan yang solid dan super massif. Ibaratnya tak lekang dipanggang panas, tak lapuk diguyur hujan, tak renta dimakan usia. Didadaku tumbuh ngrembuyung pohon kasih sayang yang adiluhung, akarnya menghunjam dalam sampai ke palung samudra di laut Banda, batangnya menjulang tinggi melebihi puncak Jayawijaya. Dahannya merangkul Bukit Barisan, Bukit menoreh, Lembah Surya Kencana, Tirta Kencana, hingga Wamena.
Selayaknya pohon-pohon yang tumbuh dihutan belantara, pohon cintaku tumbuh subur bersama aneka ragam pohon cinta yang berjumlah ratusan juta. Kebersamaan dalam kebinekaan telah mengikat satu sama lain menjalin jaringan yang kuat, liat dan erat. Terbukti semenjak kejayaan Majapahit dan Sriwijaya lalu diuji dengan zaman penjajahan Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang yang sarat kezaliman dan kegelapan, belantara cinta tanah air putra bangsa maharani khatulistiwa ini tidak pernah meranggas. Seribu dipangkas, sejuta bertunas. Sekuntum dipetik selaksa mekar, patah tumbuh hilang berganti, esa hilang dua terbilang.
Berbekal persatuan dan kesatuan yang sudah mendarah daging dan telah teruji oleh naik turun leliku perjalanan panjang sejarah, kiranya tidaklah patut bila pemuda Indonesia banyak berkeluh kesah, mudah surut langkah dan gampang jadi pecundang. Kemenangan yang diperoleh saat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah ditahun 1945 menjadi bukti otentik bahwa Pemuda Indonesia sanggup berdiri tegak digarda depan perjuangan bangsa. Api semangat Sumpah Pemuda terus berkobar menghadapi berbagai tantangan seperti yang terjadi ditahun 1966 dan 1997, saat perjalanan bangsa jatuh ketitik nadir. Pemuda seolah ditakdirkan menjadi pemandu bagi bahtera negara yang melenceng kehilangan arah.
Hari ini, 28 Oktober 2010, untuk yang kesekian kalinya, Pemuda dituntut tampil kedepan guna menyelamatkan bangsa dari krisis multi dimensi berlarut-larut yang sangat melemahkan sendi2 persatuan dan kesatuan bangsa. Hai Putra Maharani Khatulistiwa, dimana tinjumu! Tugasmu sekarang adalah menggenapi sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 untuk kembali meraih kejayaan sebagai bangsa yang berdaulat, bermartabat dan terhormat dalam kancah pergaulan antarbangsa. Karena kamu kuat, karena kamu smart, karena kamu ulet dan liat, maka kamu pasti bisa! Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, maju terus pantang mundur.
Sebagai rujukan menuju kancah perjuangan yang nyata, izinkan aku memajang potret generasi muda masa kini yang notabene bakal menjadi anggota laskar Pemuda Harapan Bangsa di beranda markas besarmu. Simak stylenya yang jauh berbeda dengan Pemuda Angkatan 45 dan Angkatan 66. Serdadu mudamu dandanannya mencontek habis kaum selebritis. Dari ujung kaki sampai ubun2 dijejali asesori modis para punkis dan hippies. Main stream mereka adalah fashion dan tidak peduli pada science. Sikap telatennya semakin latent teruruk hasrat serba instan. Mimpi menjadi selibriti lebih diminati daripada mengayunkan cangkul menanam jagung dan padi. Terkesan berantakan seperti sapu lepas ikatan, keleleran seperti pohon kacang kehilangan lanjaran. Gemar tawuran, minum tuak dan naik motor berarak-arak ketimbang meniup seruling menggiring ternak. Sementara laju roda globalisasi semakin kencang, menggilas siapa saja yang lengah tanpa ampun, meratakan dengan tanah para petinggi republik mimpi.
Meskipun demikian, selalu terbuka jalan baru bagi para pemilik kemauan yang menggebu-gebu. Lantaran kemauan keras pemuda sudah diikrarkan, tiba saatnya menyingsingkan lengan baju melanjutkan perjuangan. Selamat berjuang rajawali muda. Kepakkan sayapmu taklukan dunia. Viva Pemuda Indonesia, Jalesu Bumyamka Jaya Mahe!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar