blog

blog

Sabtu, 30 Oktober 2010

Badut.

Gerah memakai kostum badut bermimik ceria, di satu pagi yang sarat bencana kubuang barang haram jadah itu ketepi hutan yang sedang dilanda kebakaran hebat. Terlalap api yang berkobar musnah sudah citra gelak tawa dan kelakar. Langkahku tidak lagi terikat pada lenggak lenggok yang dibuat- buat, demi menyenangkan hati bocah cilik, atau bisa sebaliknya, membuat mereka lari terbirit-birit dengan keringat dingin bercucuran. Kegemaranku menggerutu, mengumpat, mencaci maki, berkeluh kesah bersumpah serapah dari balik topengku dengan sendirinya gugur satu demi satu karena kehilangan relevansi. Wajahku masih sepucat kapur sirih, dengan ekspresi  Budha berkulum senyum  menebarkan kesan misterius  ketentraman taman bunga semerbak harum. Didepan cermin diam diam aku mengagumi pesona wajah asliku. Kedua jempolku terangkat keatas menempel di kedua belah pipiku yang dihiasi bercak bekas jerawat."Kamu orang hebat!"

Sah sah saja sesekali memuji diri sendiri setelah sekian lama terjebak pada trikotomi disenangi, ditakuti dan dibenci. Rupa-rupanya puja puji itu mantra purba yang memiliki efek adiktif dramatis seperti narkoba. Membuat ketagihan hampir semua organ anggota badan. Hidung jadi kembang kempis, mata terbelalak, tangan bertepuk sorak,dada terbusung, angan melayang, daun telinga menjadi caplang, rambut berdiri  seperti landak, dengkul gemeretak, leher lunglai, hati berbunga-bunga, jantung berdebar-debar lalu lupa ingatan dan pingsan. Bahkan dubur sembelitpun bisa menjadi gembur.

Sebelum mabuk terbuai asap setanggi puja puji terhadap diri sendiri,  perlahan namun pasti, berlandaskan falsafah Jawa jadul, "Alon-alon waton klakon", aku mulai mencoba bangkit setelah sekian lama terpuruk dalam jagad perbadutan yang sarat trik dan intrik. Setahap demi setahap menapaki kelembaban bumi dengan kaki telanjang. Memandang kemuliaan hidup dengan kesederhanaan, bergaul dengan kebahagiaan secara wajar. Kebersahajaan dijaga sedemikian rupa agar hubungan dengan alam sekitar bergulir seimbang. Betapa damai harmoni yang diberkahi kasih dan untaian doa yang dikabulkan Sang Khalik. Rupa-rupanya seberapapun diri merasa hebat, dia masih tetap butuh bimbingan dan nasehat agar tidak terjerumus di lorong sesat. Walaupun sepintas terasa tidak nyaman, telinga hawa nafsu harus sering mendapat jeweran, mulutnya yang nyinyir dan usil harus lebih sering minum jamu pahitan, hatinya yang sarat dengki dan iri harus sering mendapat siraman air mawar agar tidak berubah sekeras tembikar.

Ketika kabar banjir yang tersebar keseluruh pelosok dunia mulai surut, disuatu senja diakhir bulan Oktober 2010 yang unik karena memiliki lima hari Jumat, lima hari Sabtu, lima hari Minggu, dan ini merupakan siklus 873 tahun sekali, aku sejenak bersimpuh di atas jembatan runtuh, dimana disalah satu pilarnya tersangkut topeng badutku yang legam menghangus, dibibirnya masih saja tersirat senyum yang melecehkan, seakan akan berkata: "Kau tidak akan pernah bisa melupakan aku sayang."
 



 




.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar