blog

blog

Sabtu, 23 Oktober 2010

Mengukur Kedalaman Palung Cinta

apakah bisa kuduga kedalaman hati seorang bidadari
kalau hanya dengan sekedar mencium pipi?
tidakkah bujuk rayu lelaki bermata sayu
cuma dianggap angin lalu?
lantas apa kias bagi pelangi di sudut kerling matanya?
barangkali tidak lebih dari bias fatamorgana
apakah bisa kukira kemana arah panah asmara
dengan menebak jalan cerita sutradara?
sedang panggung sandiwara seluas tujuh samodra
dan sosok bayangnya hanya muncul di rona lembayung sutera
tidakkah aroma harum diruang-ruang pesta telah bersaksi
bahwa dalam kisah kasih abadi bidadari adalah maharani
titahnya dijunjung tinggi, sabdanya mengundang puja-puji
lelaki, yang oleh nafsunya sendiri dadanya hangus terpanggang
hanya bisa tertunduk dan lunglai melenggang
bagai biduk bocor yang oleng dihempas gelombang
lalu jatuh terlentang dengan tangan menggenggam sekuntum kembang
dan menatap hampa ke langit yang dihiasi bintang gemintang
masihkah bisik-bisik nalurinya terpaut di reranting cemara
mengaku dirinya maharaja dunia cinta?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar