blog

blog

Selasa, 26 Oktober 2010

Rumah Jiwa.

Perjalanan jiwa yang tertatih-tatih bukan lantaran bias warna antara hitam dan putih 
melainkan letih oleh kecamuk fikir sarat buih saling silang tumpang tindih
akhirnya memilih padang lapang jembar bawera, luas merata sejauh mata memandang 
langit malamnya biru haru bermandikan gemerlap cahaya bintang gemintang
adalah titian hati dunia mimpi yang sunyi senyap lagi sepi dan lengang
semua yang  serba kusut dengan sendirinya terurai
segala yang carut-marut sirna luluh lunglai

Medan laga bukan lagi tebing terjal hutan belantara
bahkan lebih lembut ketimbang gelayut mega-mega dilangit senja
tidak lagi berbeda antara menyelam, melayang, mengapung
dalam buaian selendang sutera ungu lembayung  
adalah rumah jiwa yang tidak berada diantara bumi dan langit
tanpa bulan sabit dan matahari terbit
bebas dari rambu-rambu tanpa batu neraca
sebab semuanya telah berubah kembali pada wujud aslinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar