blog

blog

Sabtu, 21 Januari 2017

ANDAIKATA AKU SEORANG ULAMA


Tidak! Setidak- tidaknya aku tidak boleh tidak, tidak akan bermuka masam baik kepada orang awam yang butuh pencerahan ataupun kaum bangsawan yang perlu dukungan kekuasaan. Tidak ada pilih kasih, juga tidak akan tebang pilih. Akupun tidak akan pernah bosan-bosannya untuk berteriak tidak bagi ketidak adilan, ketidak senonohan, ketidak pahaman dalam menafsirkan firman, ketidak acuhan terhadap norma, etika, akidah, syariah dan jihad fisabilillah penegakan Kalimatullah. Insya Allah. Akupun tidak akan berucap kasar apalagi bertindak kurang ajar maupun berperilaku tidak wajar. Aku tidak akan gusar walaupun aku dibulis, di olok-olok, di ejek, dihujat, dicerca, dicacimaki, bahkan jika difitnah dan dizalimi. Semua hal semacam itu hanyalah batu asahan bagi ketajaman hati nuraniku, maka kubiarkan tergeletak dipinggir jalan panjang kesabaranku. Tidak ada benci tidak ada dendam. Lubuk hatiku sebening embun pagi, sesejuk air perigi. Senyumku adalah ucapan selamat pagi.

Kita semua adalah sahabat, Bahkan lebih dari itu kita semua adalah kerabat. Tidak ada gunanya bertengkar apalagi bermusuhan. Tugasku adalah memandu dijalan damai. Aku tidak butuh popularitas dan tidak pernah haus kekuasaan maupun lapar kehormatan. Aku melangkah bareng pejalan kaki walau tersedia kereta kencana sekalipun. Aku cenderung dekat pada yang pedih menahan lapar ketimbang para agen pemborosan. Aku pemegang teguh prinsip kesederhanaan. Sekalipun aku tidak membenci kemewahan, aku selalu menjauhinya sebagaimana timur dijauhkan dari barat. Aku haqul yakin bahwa siapa saja yang mendekat kepadaku, dia pasti sedang mencari sesuatu. Tentu saja dia kusambut dengan hangat yang tersirat dalam kalimat: "Saudaraku terkasih, mari bicara dari hati ke hati, kita duduk sama rendah, sujud bersama memohon berkah."

Ya, ya, ya, ANDAIKATA AKU SEORANG ULAMA. Kalimat pertama yang aku sampaikan adalah salam universal: Asalamualaikum Warohmatullohi Wabarokahtuh."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar