blog

blog

Senin, 25 April 2011

LOST LOVE

surfing


Duhai batu granit berhati selembut awan gemawan dilangit
izinkan aku membasuh wajahku  dengan gemericik air perigi yang menyembur dari buah dadamu
agar larut debu bintang  pada kental  keringat petualanganku yang sia-sia
dan jiwaku yang terhimpit, yang terasa teramat sempit, serta merta menjadi lega
bagai hamparan langit dimana temaram kasihmu bersemayam
suci dari angkara murka,  iri, dengki, benci dan dendam
Wahai sungai-sungai yang sudah terlanjur dangkal, padahal kau tak pernah meminum airmu sendiri,
jadi semua ini adalah perbuatan tidak senonoh orang-orang bodoh yang mengaku pintar
yang melakukan pengrusakan dihulu lantas pesta pora dimuara
dan mejejalkan sisa-sisanya kedalam mulutmu
tentu saja kau meradang dan memuntahkan banjir bandang
tak perduli keceriaan anak bermain jonjang sambil berdendang
disenja kelabu ini, bayang-bayang kita bagai bocah kembar sedang gigit jari
kesal dan kecewa lantaran hanya bisa berbagi bencana
bahkan kepada wajah-wajah tak berdosa dan kakek nenek yang tua renta
Amboi samodra yang perkasa, telah kau tunjukkan kedasyatanmu disiang hari bolong
sekejap setelah aku terkesima, tidak hanya hati yang remuk redam, melainkan kaki langitpun terluka
kegeramanmu atas kekejianku hanya kenal satu bahasa: sapu rata
kini kita bediri bertolak belakang: masing-masing sibuk dengan deritanya
untuk satu alasan yang serupa: mencari cinta yang hilang
sementara burung camar memekik nyaring disela debur gelombang
Cileungsi ultimo april 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar