Saudaraku Mutiara Hitam dari Timur, jika aku mengunjungi bumimu dengan motif mencari REZEKI, tentu saja aku lebih tertarik dengan tambang emas di Timika dan hijaunya hutan diseputar pegunungan Jayawijaya serta biru pekatnya laut Banda, atau hitam legamnya sumur minyak di Manokwari . Sebab berjabat tangan denganmu itu identik dengan memeluk duka lara, dan berbicara denganmu ibarat bercengkerma dengan derita.
Karena yang singgah ini adalah hati nurani manusia, tentu saja yang kuketuk pertama kalinya adalah daun pintu serambi jantung kemanusiaanmu yang terluka oleh tindak durjana perampokan, penindasan dan pelecehan terhadap hak-hakmu yang paling azasi. Para penakluk yang datang silih berganti untuk mengeruk harta karun di rahim bumi pertiwimu hanya menambah beban dipundak kehidupanmu yang sangat fakir, hampir- hampir terpuruk di titik nadir. Ini semua sama sekali bukan kehendak takdir saudaraku. Ini adalah kemalangan yang sengaja diciptakan secara sistimatik oleh konspirasi imperalisme dan kolabarator lokalnya. Motivasi mereka jelas soal rezeki, yang sayangnya dikangkangi oleh nafsu biadab, ketamakan dan keserakahan. Kesederhanaanmu ditafsirkan sebagai kelemahan, keluguanmu dianggap sebagai kebodohan. Kebangkitanmu dieleminir oleh laras sepatu serdadu, alkohol dan virus HIV yang mematikan. Masa depanmu sekeluarga sesungguhnya sedang dalam keadaan bahaya besar dan gawat darurat. Integrasi masif kalian dengan alam sedang dirongrong habis-habisan.
Cendrawasih nan elok dan rupawan telah dikunci mati oleh senapan pemburu. Tidak lama lagi bulu-bulu halusnya akan menjadi hiasan meja kerja para bandar kapitalis. Cendrawasih bakal kehilangan panggung untuk berkicau dan menari, karena hutannya mulai gundul dan gunung emasnya menjadi kubangan beracun. Sekiranya saja para ketua suku di seluruh Bumi Cendrawasih bisa melerai perang antar suku, membuang jauh-jauh kebiasaan minum alkohol dan sex bebas, bersatu padu memperjuangkan taraf hidup yang lebih baik dan terhormat, bukan hal yang tidak mungkin bahwa Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia justru dimulai dari Bumi Papua yang kaya raya, Bumi milik Putra Dewa Bintang Kejora. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar