blog

blog

Rabu, 24 November 2010

THE BLUE BUBBLE VENDOR.

Para penjual balon matanya selalu terpaku pada pangsa pasar anak-anak dibawah umur lima tahun yang sering kali selalu dekat dengan orangtuanya, terutama sang bunda. Walaupun sang ibu kadang-kadang bersikap apriori terhadap penjual balon, tapi para penjual balon tahu persis karakter anak yang selalu tertarik pada barang dagangannya yang kharismatik. Dengan sabar mereka menunggu saat yang tepat untuk menjalin transaksi, yaitu saat sang ibu, terpaksa atau tidak pada akhirnya tunduk pada hasrat sang anak untuk membeli mainan lalu merogoh koceknya. Tanpa terpengaruh raut wajah orang tua sianak yang setengah sewot setengah sarat kasih, si tukang balon tersenyum manis karena dapat penglaris. Dan senyumannya  semakin lebar layaknya senyum pengusaha sukses, sebab sesuai teori kartu domino, bila satu jatuh, maka dibelakangnya secara berturut-turut akan berjatuhan juga. Prediksinya jarang meleset, sekali seorang ibu membeli, entah dengan alasan apapun, ibu yang lain mengikuti jejak pembeli pertama. Dan inilah saat-saat tak terlupakan, tenggelam dalam kerumunan pembeli yang memegang uang cash. Ketika barang dagangannya ludes, padahal demand masih meningkat terus, dia bergegas meninggalkan kerumunan dan menghilang ditikungan lorong kampung diiringi jerit tangis anak-anak yang tidak kebagian balon dan gerutu sang ibu yang menggendongnya.






Lain halnya dengan penjaja balon biru ini. Dia mengetuk rumah jiwamu  tidak dalam kapasitas sebagai salesman yang menawarkan produk tertentu, atau mengirim sample barang pesanan minggu lalu. Dia hanya ingin menyampaikan salam rindu, karena sudah cukup lama tidak bertemu. Dan balon biru ini adalah tanda kasih yang tidak diperjual belikan. Diberikan padamu dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati.Terimalah dengan jiwa terbuka tanpa syak wasangka. Jangan kamu abaikan dan disia-siakan. Semoga dapat menjadi pelipur laramu dan menyembuhkan lukamu. Tetapi bila hatimu belum berkenan, kamu boleh menerbangkannya ke angkasa bersama perasaan putus asamu, atau menusuknya dengan jarum amarahmu agar suara ledakkannya menggemparkan dunia. Izinkanlah aku berlalu, sebab perjalananku masih jauh. Pesanku hanyalah: Janjimu harus dipegang teguh dan nazarmu harus segera ditunaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar