blog

blog

Senin, 22 November 2010

THE BLUE BUBBLE MOON LIGHT.

Saudaraku seiman, setelah kaujalani ibadah puasa  hampir sebulan lamanya, sudahkah kau jumpai Malam Seribu Bulan yang legendaris itu? Malam Minggu yang romantis? Noway! Malam Senin, Selasa, Rabu kelabu, Kamis manis, Jumat kliwon yang magis, Sabtu sendu, semuanya lewat begitu saja tanpa makna. Coba seluruh hari itu kau lipat gandakan dengan bilangan hari yang mewakili panjang usiamu yang sudah kau tempuh, berapa hasilnya? Lho kok malah seperti dukun palsu buka primbon Bental Jemur. Sembarangan lagipula ngawur.

Selinglung apapun kita, Malam Seribu Bulan itu bukan isapan jempol belaka. Hanya keberadaannya yang terselip dalam lipatan waktu, meletakkannya pada kordinat ada dan tiada, sembunyi dibalik tabir pemisah antara yang fana dan yang baqa. Banyak musafir bertanya kesana sini, sebanyak itu pula ahli tafsir mencoba membeberkannya, tapi Malam Seribu Bulan tetaplah mistery tak tersingkapkan. Menjelma teka teki sepanjang zaman.





Malamnya yang bukan milik rembulan dan bintang gemintang, didahului terang  yang bukan bersumber dari matahari,  keduanya adalah kembar siam kurnia bagi hati nurani dan akal pikir insan yang diberkati. Dilimpahkan kepada siapa saja yang di kehendakiNYA. Dihantarkan oleh para malaikat suci  dari lapisan langit yang paling tinggi. Suatu tempat yang menjadi SinggasanaNYA yang Maha Akbar, dimana sinar milyaran galaxy tak lebih dari kedip kunang kunang yang tersesat dirimba malam. Tidakkah malam seakbar itu nilainya jauh melebihi malam malam kelam yang kau lewati sepanjang hidupmu? Malam Seribu Bulan  ada disuatu tempat yang terang benderang, pantulan sinarnya memancar diwajah siapa saja yang tengah sibuk menabur kasih dimuka bumi. Wasalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar