Kebencian kita terhadap inflitrasi sampah pada semua sektor kehidupan perlu diimbangi penyegaran dengan mempelajari kembali anatomi sampah agar kepedulian kita pada sampah tergugah. Kedengarannya lucu kalau kita harus memperlakukan sampah dengan penuh kasih sayang. Tapi itulah cara satu-satunya agar masalah sampah segera teratasi. Selama kita terus bertindak semena-mena membuang limbah pabrik, sisa makanan, puntung rokok, sampah pasar, botol minuman, kemasan snack, dan membiarkannya menumpuk dimana mana, dan dengan begitu kita justru semakin tidak peduli serta kehabisan daya upaya untuk mengatasi masalahnya, maka kasih sayang yang hendak kita wujudkan demi kesejahteraan manusia masih sebatas potensi. Masih butuh gebrakan besar untuk mentransfernya ke dalam bentuk kerja nyata yang terukur. Karena Tuhan ada dimana mana, maka jangan membuang sampah dimana mana, dan bukankah bersih itu adalah sebagian dari pada iman?
blog
Minggu, 07 November 2010
SAMPAH.
Sudah pernah melihat sesuatu yang dibuang sembarangan disembarang tempat, ataupun tidak pada tempat yang semestinya? Pertanyaan semacam ini hanya dijawab “belum” oleh penyandang tuna netra. Bagi yang melek dan beraktifitas di zona publik selama 24 jam serta merta akan menjawab sesuatu itu adalah sampah. Dimana sampah itu berada? Sampah ada dimana-mana? Dimana Tuhan itu berada? Tuhan ada dimana mana. Nah inilah kata kunci dosa kita bersama. Kita meletakkan Tuhan dan sampah pada titik kordinat yang sama. Sungguh langkah khianat yang patut mendapat laknat. Kita telah mengotori altar suciNya, bumi pertiwi ini dengan cara yang semena mena. Telah terjadi pencemaran masal didaratan, lautan dan diangkasa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar