Aku baru memahami arti hidup paling azasi setelah usiaku melewati setengah abad. Sebelumnya merupakan pencarian panjang dan berat, sangat menguras energi lahir maupun batin, dan hasilnya nol besar, sama sekali tidak cukup memenuhi seleraku atas makna kehidupan. Hampa dan berantakan.
Ketika aku bergaul dengan kejahatan dan aku menjadi budak keburukan, aku mengira bahwa semua itu adalah sisi lain dari makna kehidupan yang bisa melengkapi arti hidup apabila dipandang dari sisi kebaikan dan kebenaran.
Tapi setelah dua kutub berseberangan itu bersinergi, tetap saja arti kehidupan yang kucari masih menjadi misteri tak tersingkap. Tersembunyi di tempat yang gelap pekat.
Wacana dari alim ulama, pakar spiritual, paranormal, sufi, dukun ramal, orang kaya, fakir miskin, orang stres, tak satupun mampu memberikan pencerahan pada aksi perburuanku mencari arti hidup paling azasi.
Sementara itu hidup terus bergulir. Jiwaku seperti ada yang terseret tertatih-tatih. Mimpiku kacau balau.
Hingga pada suatu hari aku mendapat inspirasi dari suatu kejadian sederhana yang bisa terjadi hampir dimana
mana. Di musim kering saat susah mencari cacing umpan untuk mancing, cangkulku nyaris memecahkan cangkang seekor keong rawa yang sedang tidur panjang (hibernasi) dibonggol pohon teratai yang sudah kering. Dilihat sepintas dua makhluk hebat itu tidak menunjukkan tanda tanda kehidupan. Tapi karena aku penasaran pada keanehan alam saat baru beberapa hari turun hujan, kenapa sudah ada keong? Kenapa pohon teratai tiba-tiba bertunas? Makhuk yang sudah mati dibangkitkan kembali? Atau cuma tertidur lalu bangun untuk alasan tertentu? Dimanakah nyawanya ketika itu? Sadarkah bahwa dia masih bernyawa?.
Kedua makhluk mati suri itu kubawa ke saung pemancingan, selera mancingku pupus seketika. Aku ingin membangunkan mereka dari tidur panjangnya, dan memperhatikan apa yang terjadi kemudian.
Pertanyaan itu berbalik kediriku sendiri. Dalam tidurku yang lelap tanpa mimpi, aku jelas ada dan masih hidup.
Tapi aku tidak menyadarinya sama sekali. Segala hal tentang diri tidak tersentuh secara total. Siapa aku, dari mana mau kemana, lelaki atau perempuan aku sama sekali tidak merasakannya.
Dengan mengetahui bahwa saat tidur pulas tanpa mimpi, aku tidak menyadari apapun, ketegangan syarafku mengendur, semua yang memenuhi pikiran mengendap, dada yang sesak menjadi lapang, kesegaran menelusup ke setiap ruas dan sendi. Tapi semua ini adalah akibat. Penyebabnya adalah ketiadaan kesadaran secara mutlak. Arti hidup paling azasi kuperoleh tidak jauh dari urat leherku sendiri. Segala pengembaraanku yang penuh liku-liku memang bukan hal yang sia-sia. Tapi surprise terdasyat yang kuperoleh sepanjang hayatku ini adalah: arti hidup paling azasi terkandung dalam tidur tanpa mimpi. Yang diluar itu, yang selain dari itu, yang selebihnya, semua cuma teka-teki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar