blog

blog

Sabtu, 12 Februari 2011

THE BLUE BUBBLE BEAUTY

Di pagi hari kecantikanmu dinyanyikan burung-burung, di senja berikutnya berselendang kabut sutra dewangga. Biarlah sekeping cemburu berkabung, dan sekerat cinta duduk termangu menanggung rindu.    

Di teluk sunyi kecantikanmu sorak sorai ombak berderai, menepis kapal asing berbendera kuning yang hendak berlabuh di dermaga. Sungguh kesetiaanmu pilih tanding sebagaimana pekik camar yang melengking begitu nyaring.

Di negeri Matahari kecantikanmu terpancar lewat kemilau embun pagi. Bahkan dikerajaan Rembulan kemolekanmu berpendar di gemerlap intan berlian. Oleh karenanya pendamba kasihmupun kian terlunta-lunta layaknya unta tersesat di padang bianglala.

Di kegelapan malam kecantikanmu semerbak di kelopak bunga Arum Dalu. Dirawa-rawa kau adalah bunga Teratai yang bijaksana. Di lereng-lereng gunung kau menjelma Edelweiss yang setia, sehingga angin laut telah mengabarkan keanggunanmu pada api unggun para petualang cinta.

Di bawah lengkung pelangi kecantikanmu tertoreh dihamparan lembah hijau, maka damailah kalbu nan risau. Lantaran liku-liku sungai kasihmu bermuara dilaut biru, anak gembalapun asyik meniup seruling bambu.

Di lorong-lorong kumuh kecantikanmu menjelma makanan bagi yang kelaparan dan melayani minum bagi yang kehausan, menyantuni dengan sepenuh hati dambaan kasih anak-anak yatim piatu, menemani mimpi mereka di perjalanan malam.

Kecantikanmu terukir pada tebing terjal batu cadas, meninggalkan jejak kasihmu yang selembut kapas. Dalam selimut kabut diantara tarian lumut mengiringi gemercik air perigi, senandung rindumu begitu menyayat hati. Selagi angin gunung berhembus semilir, gaun merah jambumu tersangkut dipucuk-pucuk pinus, sampai-sampai purnama sidhi tersipu-sipu dibalik bukit, menjadi saksi bagi gairah remaja yang terburu-buru bangkit.

Kecantikanmu menyentuh jiwa yang putus asa, membasuh noda di lipatan kalbu, menjanjikan harapan bagi yang terpinggirkan, menggugah semangat bebas bagi yang tertindas. Para pujangga mengabadikan kearifanmu dalam bait-bait balada cinta, sementara mereka menutup pintu hati bagi seribu bidadari, kendati kau mengabaikan puja-puji dan cumbu-rayunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar